Monday, 2 May 2016

laboratorium Agama UIN SUKA

Dalam master plan pengembangan dan pembangunan kampus IAIN-UIN tahun 2002-2003, UIN Sunan Kalijaga sebenarnya tidak merencanakan dan tidak ingin membangun masjid. Dalam grand design pembangunan kampus yang didanai pemerintah lewat Islamic Development Bank (IDB), yang akan dibangun hanyalah gedung-gedung perkuliahan dan perkantoran. Sebagai simbol kontinuitas masa lalu, sekarang dan masa datang, Masjid IAIN Sunan Kalijaga tetap akan dipertahankan dan dilestarikan, sebagaimana mestinya.
Namun, manusia merencanakan, tetapi Tuhan jugalah yang menentukan. Pada bulan Mei, tahun 2006, terjadi gempa yang dahsyat di Yogyakarta. Masjid yang hendak kita lindungi dan pertahankan tersebut, terkena gempa juga. Dan oleh tim ahli independen dari ITB, UGM dan UNAIR, bangunan masjid tersebut dinyatakan tidak boleh dan tidak bisa digunakan lagi. Selama 4 tahun lebih, warga kampus tidak memiliki masjid. Untuk sementara digunakan gedung Multipurpose sebagai masjid. Warga kampus telah merindukan hadirnya sebuah masjid baru pascagempa 2006. Itulah sebabnya, maka mulai tahun 2007 s.d. 2010, Masjid UIN Sunan Kalijaga dibangun kembali dengan dana APBN selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, yaitu tahun anggaran 2007, 2009, dan 2010.
Masjid terletak di tengah-tengah bangunan gedung perkantoran, fakultas, lab, dan infrastruktur kampus lainnya. Letaknya central, di tengah, dan lurus ke kiblat. Masjid menjadi bangunan yang paling tampak dan menonjol bila dilihat dari berbagai sisi. Masjid juga menjadi bangunan yang paling tinggi dan mudah dilihat dari atas/lebih-lebih dari pesawat. Ini menunjukkan bahwa masjid adalah bangunan paling penting, menjadi meeting point bagi seluruh sivitas akademika UIN Sunan Kalijaga. Masjid menjadi tempat belajar bersama, tempat bertemunya mahasiswa, dosen, dan karyawan dari 7 fakultas yang ada dan Program Pascasarjana. Bertemunya banyak orang dari berbagai fakultas, jurusan dan program studi di Masjid ini diharapkan menjadi awal terjadinya sharing pengalaman akademik dan sosial di kalangan sivitas akademika. Dari masjid ini kita berharap upaya integrasi dan interkoneksi bidang keilmuan dapat terwujud secara bertahap, mereka yang menekuni ilmu agama dapat belajar dari koleganya yang menekuni sains dan teknologi serta sosial dan humaniora, begitu juga sebaliknya, mereka yang menekuni sains, sosial dan humaniora juga mahir, dan cakap memahami keislaman secara komprehensif - menyeluruh.

Sharing antarsivitas akademika sebagaimana disebut di atas sangat mungkin terjadi, karena masjid juga dilengkapi dengan fasilitas bagi mereka untuk saling bertemu seperti Kantin Universitas yang sangat luas, selasar – yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari bangunan utama masjid - yang memanjang dan nyaman, Convention Hall/(Di sebelah Barat bangunan Laboratorium Agama/Masjid) yang dapat menampung 500an orang, dilengkapi air mancur dengan 9 titik semburan, Observatium untuk melihat tata surya, dan lansekap yang harmonis. Inilah nilai tambah dari desain arsitektural masjid kita. Meskipun tampak biasa, tetapi ini betul-betul fungsional. Dengan demikian, Masjid ini didesain untuk memudahkan sivitas akademika untuk melakukan hablum minallahminan-nas, dan minal ‘alami. Masjid juga didesain untuk menampung jamaah dengan jumlah besar (4000 orang).
Dengan arsitektur yang mungkin berbeda dengan kebanyakan bangunan masjid pada umumnya, banyak yang bertanya tentang bentuk dan makna arsitektur masjid UIN Sunan Kalijaga. Arsitektur bangunan pada umumnya dan bangunan masjid khususnya mengandung makna dan filosofi yang mendalam. Izinkanlah kami menjelaskan secara singkat makna dan maksud yang melekat dalam bangunan arsitektur masjid Sunan Kalijaga. Masjid ini dinamakan Masjid Sunan Kalijaga

No comments:

Post a Comment